Wednesday, November 29, 2017




Selamat berjumpa lagi sobat SBI, kali ini SBI akan menjelaskan tentang FUNGSI SINTAKSIS. Sobat SBI yang belum tahu tentang fungsi sintaksis pasti pernah belajar mengenai istilah SUBJEK, PREDIKAT, OBJEK, PELENGKAP, dan KETERANGAN ketika di Sekolah Dasar bukan? Nah dalam keilmuan bahasa Indonesia kelima kata tersebut dinamakan fungsi sintaksis. Fungsi sintaksis adalah jabatan-jabatan dalam kalimat.

Catatan SBI kali ini akan mengupas salah satu fungsi terlebih dahulu yaitu SUBJEK.


FUNGSI SUBJEK
Pada umumnya unsur pengisi fungsi subjek berkategori nomina, kelompok kata benda, klausa, tetapi pada beberapa kalimat ada pula fugsi subjek berkategori lain. Ciri paling mendasar untuk menentukan subjek adalah :

Menjadi jawaban atas pertanyaan APA/SIAPA+(yang)+Predikat (unsur kegiatan)


Misalnya dalam kalimat :

Nenek sangat menyesalkan kejadian itu.
Cara menentukan subjeknya adalah menggunakan pertanyaan “Siapa yang sangat menyesalkan kejadian itu?” jawabannya adalah: “Nenek” [subjek berupa kata]

Ganda campuran Indonesia keluar sebagai juara Olimpiade London.
Cara menenukan subjeknya adalah menggunakan pertanyaan “Siapa yang keluar sebagai juara Olimpiade London?” jawabannya: “Ganda campuran Indonesia” [subjek berupa frasa]

Kebakaran yang terjadi tadi malam disebabkan oleh korsleting listrik.
Cara menentukan subjeknya adalah menggunakan pertanyaan “Apa yang disebabkan oleh korsleting listrik?” jawabnnya: “Kebakaran yang terjadi tadi malam” [subjek berupa klausa]

Merokok sangat berbahaya untuk kesehatan.
Cara menentukan ubjeknya adalah menggunakan pertanyaan “Apa yang sangat berbahaya untuk kesehatan?” jawabannya: “Merokok” [subjek berupa kata kerja]


Subjek memiliki beberapa komponen makna yang mengisinya, diantaranya:

Menyatakan [pelaku]
Mereka mengerjakan beberapa soal
Banjir besar menghancurkan kota.
Seorang perempuan tua membeli sebuah kalung.

Menyatakan [penderita]
Adik dipukul oleh teman sekelasnya.
Jalan utama sedang diperbaiki.
Kebunnya ditanami pohon mangga.

Menyatakan [terjumlah]
Rumah petani itu dua buah.
Utang keluarga kami satu juta rupiah.
Anak Pak Budi ada lima.


Fungi subjek tidak hanya terpatok pada satu kata saja atau kata benda saja, dilihat dari contoh-contoh yang ada subjek bisa berupa kata, frasa, klausa, dan verba.
Nantikan catatan SBI berikutnya masih tentang fungsi sintaksis, terima kasih telah mampir di catatan Seputar Bahasa Indonesia.   

Pembahasan fungsi subjek dapat disimak dalam video berikut:



Kunjungi SBI di:

Saluran Seputar bahasa indonesia di Youtube 



Atau halaman penggemar di facebook



baca juga:


Semoga bermanfaat.



Thursday, November 23, 2017


Sobat SBI yang masih duduk di kelas XII dan akan menghadapi ujian nasional, ayo mulai mempersiapkan diri sejak sekarang. Cara mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian nasional salah satunya adalah mengerjakan soal-soal ujian yang diambil dari tahun-tahun sebelumnya. Dengan begitu sobat SBI akan terbiasa dan mampu menebak karakteristik soal yang muncul setiap tahunnya.

Pada kesempatan kali ini SBI akan membagikan naskah soal ujian bahasa Indonesia SMK tahun 2013. Soal ini merupakan salinan dari naskah aslinya melalui proses pengetikan ulang, hal ini dilakukan karena hasil dari proses pindai kurang begitu baik.



Berikut ini soal Ujian Nasional Bahasa Indonesia SMK tahun 2013






Untuk pembahasannya, akan SBI bahas di catatan SBI berikutnya.

Jika terdapat tautan yang tidak bekerja mohon hubungi kami di kolom komentar.


Kunjungi juga:


Saluran Seputar bahasa indonesia di Youtube 



Atau halaman penggemar di facebook




Semoga bermanfaat.






Tuesday, November 21, 2017

Frasa adalah bentuk baku menurut KBBI dari kata ‘frase’. Frasa adalah dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas fungsi kalimat (nonpredikatif). Frasa hanya menduduki satu fungsi kalimat. Bisa sebagai subjek, predikat, objek, pelengkap, maupun keterangan.

Perhatikan contoh berikut!
kelompok kata "ayah membaca" bukan termasuk frasa karena mengandung unsur predikat, sedangkan kelompok kata "kemarin sore" merupakan frasa karena merupakan gabungan kata yang nonpredikatif.


JENIS FRASA
Berdasarkan Hubungan Antarunsur Frasa
1. Frasa Endosentris
Frasa endosentris dibedakan menjadi:
a.     Frasa koordinatif (setara)
Frasa koordinatif adalah frasa yang hubungan antarunsurnya setara atau sederajat. Frasa koordinatif memiliki ciri bisa disisipi oleh konjungsi dan/atau.
Contoh:
Sepak bola disukai tua muda.
Suami istri kedapatan mencuri di pasar swalayan.
Harga BBM naik turun tergantung harga minyak dunia.  

b.     Frasa Atributif (bertingkat)
Frasa atributif adalah frasa yang hubungan antarunsurnya tidak setara. Satu di antara unsur pembentuknya bisa menggantikan kedudukan frasa tersebut secara keseluruhan. Frasa atributif terdiri atas unsur unsur inti (D/diterangkan) dan unsur atribut (M/menerangkan).
Contoh:
Rumah besar itu terjual minggu lalu.
Adik sedang berjalan bersama temannya.
Calon mahasiswa memadati lapangan untuk geladi bersih.

c.     Frasa Atributif Berimbuhan
Frasa atributif berimbuhan adalah frasa yang unsur atributnya berupa kata berimbuhan.
Contoh:
Karang taruna sedang menggelar rapat tertutup.
Rumah peristirahatan anggota dewan digeledah polisi.
Tangga berjalan di pusat perbelanjaan itu sedang diperbaiki.

d.     Frasa Apositif
Frasa apositif adalah frasa yang hubungan antarunsurnya dapat saling menggantikan. Dengan kata lain frasa apositif merupakan frasa yang berfungsi sebagai keterangan tambahan yang bersifat tidak membatasi.
Contoh:
Joko Widodo, Presiden Indonesia, mengadakan pertemuan di Tokyo.
Bu Fitri, guru matematika, sangat ramah.
Australia, Negeri Kanguru, akan mengadakan kerja sama dengan Indonesia.

Frasa Eksosentris
Frasa eksosentris adalah frasa yang tidak berinti. Dalam frasa eksosentris biasanya ditandai dengan adanya preposisi atau kata depan.
Contoh :
Kami akan pergi ke pantai.
Saya telah tiba di Bandung.



Berdasarkan unsur inti jenis kata

Frasa Verbal
Frasa verbal adalah frasa yang unsur intinya berupa kata kerja.
contoh:
sedang membaca
akan pergi
telah datang

Frasa Adjektival
Frasa adjektival adalah frasa yang unsur intinya berupa kata sifat.
contoh:
merdu sekali
amat baik
sangat cerdas

Frasa Nominal
Frasa nominal adalah frasa yang unsur intinya berupa kata benda.
Contoh:
kebun pemerintah
tanah negara
sekolah swasta

Frasa Numeralia
Frasa numeralia adalah frasa yang unsur intinya berupa kata bilangan.
Contoh:
tiga belas
sepuluh rupiah
lima hektar


Berdasarkan makna frasa
1.      Frasa Idiomatis
Frasa idiomatis adalah frasa yang telah kehilangan makna leksikalnya, sehingga membentuk makna baru/ makna kiasan.
Contoh:
naik darah = marah
tinggi hati = sombong
gulung tikar = bangkrut

2.      Frasa Ambigu
Frasa ambigu adalah frasa yang maknanya tidak jelas atau bermakna multitafsir/ lebih dari satu.
Contoh:
perancang busana wanita
lukisan Abdullah

lebih jelasnya silakan disimak video berikut:


FRASA BAGIAN KESATU



FRASA BAGIAN KEDUA


Jangan lupa untuk subscribe juga channel Seputar Bahasa Indonesia di Youtube


Demikian catatan SBI mengenai Frasa, nantikan catatan SBI berikutnya.



Baca juga : 




+

Thursday, November 16, 2017





Kita lanjutkan mengenai pembahasan tentang kelas kata terbuka,setelah tempo hati kita membahas Nomina (Kata Benda) dan Verba (Kata Kerja). Kelas kata yang terakhir adalah ADJEKTIVA atau KATA SIFAT.


ADJEKTIVA (Kata Sifat)


Kata sifat adalah kata yang menyatakan sifat khusus, watak, atau yang menyifatkan benda. Kata sifat berpotensi berkombinasi dengan kata sangat, amat, sekali, agak. Kata sifat ada yang berupa kata dasar seperti, cantik, baik, pintar, dan kata turunan (berimbuhan, kata ulang, majemuk), misalnya, terpandai, baik-baik, secepat-cepatnya, dan baik hati.



Dilihat dari segi semantik, yakni dari komponen makna utamanya. Adjektiva dapat diklasifikasikan menjadi beberapa komponen makna utama.
1.    [sikap batin]
ramah, galak, baik, judes,takut, sopan, jahat.
2.    [bentuk]
bulat, lonjong, bundar,lurus, lengkung.
3.    [ukuran]
panjang, pendek, tinggi, gemuk, ringan, murah, mahal.
4.    [waktu] atau [usia]
lama, baru, muda, tua, remaja.
5.    [warna]
biru, merah, hitam, jingga.
6.    [jarak tempuh]
jauh, dekat.
7.    [kuasa tenaga]
lemah, kuat, lesu, layu, segar.
8.    [kesan indra]
sedap, gurih, asin, pahit, halus, harum, lunak, licin, terang.


Untuk lebih jelasnya dapat disimak dalam video berikut :




Kelas kata terbuka telah SBI bahas, sampai jumpa di catatan SBI berikutnya.



Baca juga : 



+




Salam bahasa sobat SBI, di catatan SBI tempo hari telah dibahas tentang salah satu kelas kata yaitu Nomina (Kata Benda). Kali ini SBI akan membahas mengenai salah satu kelas kata lainnya yaitu VERBA atau KATA KERJA.


Verba (Kata Kerja)

Kata kerja merupakan kata yang menyatakan perbuatan atau pekerjaan. Ciri dari kata kerja adalah berpotensi berkombinasi dengan kata belum, sedang, akan, hendak, telah. Kata kerja juga terbagi atas kata kerja dasar dan kata kerja turunan. Kata kerja dasar misalnya, pergi, makan, duduk, jatuh. Kata kerja turunan (berimbuhan, kata ulang, kata majemuk) misalnya, memikul, berlari, jalan-jalan, pukul memukul, bertangan dingin.




Selain dibedakan berdasarkan kata dasar dan kata turunan, verba juga dapat dibedakan menjadi Verba Material, Verba Tingkah Laku, dan Verba Kejadian.

Verba Material merupakan kata kerja berimbuhan yang mengacu pada tindakan fisik, ataupun perbuatan yang dilakukan secara fisik oleh partisipan.
Contoh Verba Material di dalam kalimat:
1.    Fajar melihat seekor burung terbang di atas rumahnya.
2.    Kami belajar menulis huruf sejak di Sekolah Dasar.
3.    Polisi telah menangkap komplotan pencuri sepeda motor.
4.    Pak Tani membajak sawah setiap hari.
5.    Chris John memukul lawannya dengan pukulan yang sangat keras.


Verba Tingkah Laku adalah kata kerja yang mengacu pada tindakan yang dilakukan dengan ungkapan.
Contoh Verba Tingkah Laku di dalam kalimat :
1.    Kami sangat menikmati suguhan makanan yang disajikan.
2.    Siswa memahami pelajaran yang disampaikan oleh gurunya.
3.    Andri yakin bahwa dirinya akan lulus ujian nanti.
4.    Santi ingin sekali menjadi dokter.
5.    Pak Bupati menolak dengan tegas uang sogokan dari mafia proyek.


Verba kejadian adalah kata kerja yang mengungkapkan suatu peristiwa yang menimpa subjek di mana verba tersebut menjadi predikat dalam klausa.
Contoh Verba Kejadian di dalam klausa:
1.    gunung merapi meletus
2.    bukit itu longsor
3.    daun-daun mulai rontok
4.    pipa PDAM bocor
5.    ban mobil itu pecah


Secara morfologi verba yang berupa kata turunan berimbuhan dapat dikenali dari afiksasi atau penambahan imbuhan yang mengikuti kata dasarnya, perhatikan gambar di bawah!



untuk lebih jelasnya dapat disimak dalam video berikut :




Terima kasih telah membaca, nantikan catatan SBI berikutnya.



Baca juga : 



+

Thursday, November 9, 2017



Salam bahasa sobat SBI, di catatan SBI terdahulu telah dibahas tentang kelas kata beserta ciri-cirinya. Kali ini SBI akan membahas lebih detail mengenai salah satu kelas kata. Kita mulai dari Nomina atau kata benda.

Nomina (Kata Benda)

Kata benda atau nomina merupakan kata yang menyatakan nama semua benda atau segala sesuatu yang dibendakan. Menurut fungsinya dalam kalimat, kata benda adalah kata yang biasanya menduduki fungsi S (Subjek), O (Objek), atau pel. (pelengkap). Kata benda bisa berupa kata dasar, misalnya, rumah, mobil, buku, ataupun bisa berupa kata turunan (berimbuhan, kata ulang, majemuk), misalnya, penulis, kecantikan, sungai-sungai, pensil-pensil, rumah baru, papan tulis. Kata benda dapat berkombinasi dengan kata bukan, dan memiliki potensi didahului oleh kata di, ke, dari, pada


Dikutip dari Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses), Abdul Chaer. Ada beberapa tipe kata yang termasuk ke dalam kelas kata nomina.
1.      Komponen makna [orang]
Dalam komponen makna orang bisa berupa :
a.      nama diri: Asep, Fatimah, Ciliwung, Bandung.
b.      makna kekerabatan: Ibu, Bapak, Saudara, Adik.
c.       kata ganti: dia, kamu, saya, mereka, kalian.
d.      nama jabatan: guru, dokter, gubernur, presiden.
e.       gelar: raden, tengku, datuk, sarjana.
f.       nama pangkat: letnan, jenderal, laksamana.
2.      Komponen makna [nama institusi]
Misalnya, Pemerintah, DPR, Universitas, Bank, Kelurahan.
3.      Komponen makna [binatang]
Misalnya, kucing, harimau, unta, cacing, hiu, dll.
4.      Komponen makna [tumbuhan]
Misalnya, rumput, durian, apel, mawar, bayam, jagung, dll.
5.      Komponen makna [peralatan]
Misalnya, kompor, piring, gergaji, bola, pensil, becak, sepeda.
6.      Komponen makna [makanan dan minuman]
Misalnya, roti, teh, bakso, seblak, gado-gado.
7.      Komponen makna [nama geografi]
Misalnya, kota, laut, sungai, gunung, teluk, desa.
8.      Komponen makna [kegiatan]
Misalnya, olahraga, rekreasi, debat, diskusi, piknik.

Dari segi bentuk, nomina turunan dapat dikenali dari imbuhan yang mengikuti kata dasarnya, seperti:

untuk lebih jelas dapat dilihat dalam video berikut :



Terima kasih telah membaca, semoga bermanfaat.


Baca juga : 



+

Tuesday, November 7, 2017

Morfem menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah satuan bentuk bahasa terkecil yang mempunyai makna secara relatif stabil dan tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil. Dengan adanya kata "terkecil" berarti satuan itu tidak dapat dianalisis menjadi lebih kecil lagi tanpa merusak maknanya. Contohnya dalam bentuk merusak terdiri dari morfem {me-} dan {rusak}. Bentuk {me-} merupakan sebuah morfem imbuhan yang dengan keberadaannya dapat mengubah makna bentuk yang diikutinya. Begitu pula morfem {rusak} yang merupakan morfem dasar yang memiliki makna leksikal. Morfem rusak tidak bisa dianalisis lagi menjadi {ru},{sak} karena keduanya tidak memiliki makna apa-apa.


Jenis Morfem
Dalam penuturannya morfem dibedakan menjadi morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas adalah morfem yang tanpa keterkaitannya dengan morfem lain dapat langsung dapat digunakan dalam pertuturan. (Chaer, 2008:17) misalnya morfem {pergi},{pulang},{santai}. Morfem bebas adalah sebuah morfem dasar. 

Sedangkan morfem terikat adalah morfem yang terlebih dahulu bergabung dengan morfem lain untuk dapat digabungkan dalam pertuturan. (Chaer, 2008:17). Morfem terikat ada yang berupa bentuk dasar ada pula yang berupa bentuk imbuhan. Morfem {juang},{henti},{geletak} adalah bentuk dasar yang terikat karena tidak dapat digunakan dalam pertuturan sebelum ditambah dengan imbuhan. Sedangkan morfem {kuyup},{kerontang} tidak dapat digunakan dalam pertuturan jika belum diikuti oleh morfem lain. Morfem {kuyup} dapat diikuti morfem {basah} untuk dapat digunakan dalam pertuturan, begitu juga morfem {kerontang} yang harus diikuti morfem {kering} menjadi {kering kerontang}. 

Untuk lebih jelasnya sobat SBI dapat melihat gambar berikut:




Sumber referensi: Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses)





+